Renungan Harian 29 Juli 2022

Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit —, maka hal itu akan diberikan kepadanya. 

Yak. 1: 5

Perkataan Yakobus dalam ayat ini mengindikasikan bahwa untuk dapat mencapai kesempurnaan, keutuhan, atau kedewasaan dalam iman seseorang memerlukan hikmat. Hikmat bukanlah sekadar seperangkat kecerdasan praktis untuk dapat bertahan hidup atau pengetahuan akan misteri-misteri kehidupan, melainkan sesuatu yang hanya dapat Tuhan berikan kepada manusia untuk manusia dapat mengerti kehendak Allah dan menjalankannya dalam kehidupannya. Dengan kata lain, hikmat bukanlah sesuatu yang manusia berdosa bisa dapatkan dengan usahanya sendiri. Hanya ketika seseorang datang kepada Allah, mengakui kebodohannya dan meminta hikmat kepada Allah, barulah ia bisa mendapatkannya. Allah juga bukanlah Allah yang absurd, yang menuntut sesuatu yang mustahil dicapai oleh manusia. Jika Allah menuntut manusia untuk menjadi sempurna, utuh, dan matang secara spiritual, maka Allah akan memberikan hikmat yang diperlukan oleh manusia untuk mencapainya dengan murah hati dan tidak memperhitungkan. 

Hanya, pernahkah kita meminta hikmat; Bukan demi kepentingan atau keuntungan diri kita sendiri, melainkan agar kita dapat mencapai kesempurnaan dan kedewasaan spiritual yang Tuhan inginkan?

cl