Renungan Harian 28 September 2022

Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, –karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud–  (5) supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.  (6) Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,(7) dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.

Luk 2:4-7 

Allah menggunakan sensus yang dilakukan oleh Kaisar Agustus untuk memaksa Yusuf dan Maria yang sedang tinggal di Nazareth untuk pulang kembali ke Bethlehem, kota asalnya.

Peristiwa yang merupakan konsekwensi dari adanya sensus sebenarnya adalah suatu karya Allah di dalam sejarah untuk menggenapkan rencana-Nya menghadirkan Putera-Nya yang Kudus, Sang Juruselamat Dunia, yang harus dilahirkan di kota Daud, yaitu Bethlehem.

Mungkin Yusuf dan Maria merasa sangat terganggu ketika Maria sedang hamil besar harus terkena peraturan pindah kota. Jika tidak mengerti rencana Allah, mungkin mereka akan menanggapi perpindahan ini dengan kejengkelan.

Bukankah kita seringkali tidak suka diganggu oleh rencana Allah, khususnya yang mengganggu kenikmatan kita, kenyamanan dan kemapanan hidup kita. Bagaimana dengan Abraham ketika keluar dari Ur? Bagaimana jika kita harus mengalaminya?

-ss-