Renungan Harian 29 September 2022

Tetapi seorang Farisi dalam MA itu, yang bernama Gamaliel, seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak, bangkit dan meminta, supaya orang-orang itu disuruh keluar sebentar. Sesudah itu ia berkata kepada sidang:”Hai orang-orang Israel, pertimbangkanlah baik-baik, apa yang hendak kamu perbuat terhadap orang-orang ini!”

Kis 5: 34-35

Dalam dunia yang dipenuhi oleh beragam informasi, kita disituasikan kepada keadaan untuk segera berespon. Dapat messages, segera menjawab. Dapat berita segera percaya. Dapat aksi segera bereaksi. Kita nyaris tidak ada waktu untuk menyaring semua informasi yang ada di kepala kita. Kita dituntut dan dikondisikan menjadi manusia cepat saji (instant). Kita menjadi manusia yang jauh dari pertimbangan. Alhasil, banyak error dan kehancuran yang kita timbulkan dan kita alami.

Dalam kisah ini, Gamaliel seorang ahli Taurat dan dosen memberikan pertimbangan. Dia tidak dikontrol oleh suara massa atau pride. Sebagai dosen, dia mengamati gejala dan fenomena yang terjadi saat itu, khususnya berita tentang Yesus Kristus dan peristiwa yang dialami Yesus dan para murid-Nya. Dalam sidang para rasul, dia meminta orang-orang Israel untuk mempertimbangkan perbuatan yang akan mereka lakukan terhadap murid-murid Yesus.

Pertimbangan adalah satu sikap yang bijaksana. Pertimbangan mencegah kita dari tindakan bodoh. Pertimbangan membuat kita selangkah menjauhi kejahatan. Pertimbangan membuat kita hati-hati dalam setiap keputusan yang diambil. Jika Gamaliel, seorang ahli Taurat yang tidak menerima Yesus sebagai Mesias mampu memberikan nasihat untuk mengambil pertimbangan, bagaimana dengan orang Kristen? Apakah kita sering melakukan pertimbangan? Dan apakah kita melibatkan Tuhan dalam pertimbangan itu?

-es-