Renungan Harian 29 April 2023

Dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, (2)  pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar, datanglah firman Allah kepada Yohanes, anak Zakharia, di padang gurun.

Luk 3:1-2   

Lukas adalah seorang ilmuwan, sehingga ketika ia menulis, terasa jelas bagaimana sifat ilmiah dalam tulisannya. Salah satu yang penting di dalam kita melihat sebuah peristiwa adalah setting sejarahnya (sitz im leben).

Setiap peristiwa tidak dapat dilepaskan dari konteks sejarah dimana hal itu terjadi. Tiberius adalah kaisar kedua Roma (setelah Agustus) yang berkuasa luar biasa (14-37M). Kaisar ini perilakunya kotor dan reputasinya buruk. Herodes sebagai raja Galilea, Filipus, Lisanias adalah orang-orang yang juga memerintah dengan cara yang tidak beres. Demikian pula di kalangan rohani, imam besar yang seharusnya hanya satu orang, hari itu bisa dijabat dua orang, yaitu Hanas dan Kayafas yang sebenarnya juga masih keluarga.

Dari setting ini kita belajar bagaimana Yesus dilahirkan di dalam dunia yang begitu berdosa, dan memberi konteks perlunya kelahiran Yohanes yang datang membawa firman Tuhan di padang gurun. Dalam setting inilah Yohanes Pembaptis dan Tuhan Yesus melayani dan bekerja bagi Allah.

Kita sering berharap kita melayani di dunia yang “baik-baik” saja. Benarkah?

-ss-