Hidup Sebagai Hamba Allah

Vik. Sanny Erlando

1 Petrus 2:13-25

Di dalam pertemuan yang lalu, kita sudah membahas bagaimana Petrus berbicara kepada jemaat-jemaat dari Asia Kecil. Kita melihat bahwa di dalam konteks hari itu, kultur yang dominan adalah kultur Greco Roman. Contoh yang saya bahas saat itu adalah tentang rumah tangga. Pengertian rumah tangga waktu itu berbeda dengan hari ini. Hari ini rumah tangga terdiri dari seorang suami, seorang isteri, dan relasi mereka sejajar. Lalu di bawah mereka adalah anak-anak. Itu sebuah keluarga inti atau rumah tangga, unit terkecil dari sebuah masyarakat. Jika ada opa, oma, oom atau tante, itu menjadi keluarga besar, bukan keluarga inti. Sehingga setiap keluarga atau rumah tangga itu punya otonomi. Tentunya otonomi yang terbatas namun tidak bisa diganggu gugat oleh pihak yang di luar rumah tangga itu, bahkan oleh pihak terdekat. Lain halnya rumah tangga dalam konsep Greco Roman. Dalam kebudayaan itu, rumah tangga tidak mempunyai otonomi yang lepas dari kepentingan imperium atau kepentingan sosial. Rumah tangga itu harus selalu mengutamakan dan mempertimbangkan kepentingan dari imperium romawi. Pucuk pimpinan tidak harus atau tidak otomatis seorang suami, tetapi laki-laki yang paling tua di dalam keluarga itu. Jikalau suami atau isteri masih punya ayah, atau bahkan paman, maka dialah pucuk pimpinan. Baru di bawahnya ada suami dan seterusnya. Lalu di mana posisi isteri atau perempuan atau ibu?…