Renungan Harian 30 Desember 2021

“Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk tidak akan Kau pandang hina, ya Allah.”

Mazmur 51:19

Daud melampaui Musa di dalam aspek memahami esensi sebuah korban. Mengapa? Karena ia hancur dan remuk, ia dihina kaumnya, ia dipandang sepele sesamanya karena amoralitas, apakah yang dapat menghapus dosanya? Apakah darah binatang dapat mencuci dosa mata, dosa syahwatnya? Tidak ada pemberian lain kepada Allah ketika nihil, selain diri pecah berkeping-keping tanpa bentuk. Hal ini pemberian dari kondisi yang tidak bisa memberi, dari kondisi hidup yang defisit, Daud memberikan jiwa yang sebenarnya bukan miliknya, namun diserahkan kepada Allah Pemilik jiwanya.

Jika berbanding dosa pembunuhan Musa dan perzinahan Daud, manakah lebih memalukan dalam masyarakat? Faktanya orang Kristen lebih menilai dosa Msa “lebih” dapat dimaklumi, namun dosa Daud disajikan dengan lantang di atas mimbar, namun pernahkah saudara renungkan, Musa tidak memiliki pengertian mendalam seperti Daud ketika ia menihilkan korban dan memberikan kesimpulan persembahan sejati itu kehancuran diri, dari kehancuran Allah mengambil keping demi keping dan ditata baru menjadi sebuah pribadi baru dengan tanda aib dan tanda anugerah berdampingan.

Pernahkah kita belajar,, setelah ditegur Natan dan meratap, Daud tidak mencari Natan dan konseling kepada nabi? Daud hanya datang dan hanya bergumul dengan Allah, karena Allah menghukum dengan melindungi harkat martabat pribadi Daud, Allah memulihkan bukan dengan jalan menghakimi, tetapi Allah menerima pemberian jiwa Daud yang remuk dan hancur.

ts-