Kalau aku, kataku: “TUHAN, kasihanilah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!” … Bahkan sahabat karibku yang kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.
Mazmur 41:5-10
Daud mengenal Siapa Allahnya, dirinya, dan musuh-musuhnya. Ia sadar bahwa penyakitnya adalah akibat dosanya, maka ia memohon pengampunan dan kesembuhan dari Allah. Di sisi lain, para musuh yang membencinya berpura-pura memerhatikannya saat ia sakit, dan di belakangnya mereka berkata-kata dan bersekongkol (kata ‘bersama-sama’ adalah kata yang sama di 2:2, saat para raja dan pembesar bermufakat melawan Allah) merancangkan yang jahat terhadapnya. Sampai-sampai, mereka menganggap penyakitnya adalah kutukan Baal (bukan ‘jahanam’). Bahkan, sahabatnya sendiri mengangkat tumitnya terhadapnya, yang mengingatkan akan keturunan perempuan diremukkan tumitnya saat kepala si ular remuk (Kej 3:15).
Mari kita refleksikan diri, kita sedang menghidupi narasi Daud yang naas atau narasi musuh-musuhnya itu—yang lupa bahwa rancangan dan penghakiman Allah sudah ada di hadapannya setelah dunia ini berakhir?
-san-