“Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil di Roma. Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi tetapi juga orang Yunani.
Roma 1:15-16
Di tengah-tengah kesulitan orang-orang Kristen di Roma, Paulus ingin sekali mengunjungi mereka. Bukan hanya untuk mengembalakan mereka, tetapi ingin sekali memberitakan Injil kepada mereka yang berdiam di Roma. Meskipun akibat dari pemberitaan Injil itu mungkin adalah bertambah-tambahnya kesulitan orang-orang Roma yang datang dari pihak pembenci-pembenci Injil.
Mengapa demikian? Bukankah lebih baik kalau Paulus tutup mulut saja, tidak perlu memberitakan Injil, supaya semua damai-damai; yang penting saling menghormati pilihan masing-masing dan damai. Ini tanpa sadar adalah pemikiran kita. Memberitakan Injil seringnya akan membuat suasana jadi kurang nyaman, apalagi kalau kita harus pergi kepada orang terdekat: keluarga, sahabat, rekan kerja.
Akan tetapi, tidak demikian dengan Paulus, dia tahu resikonya, namun seperti sadar bahwa tidak ada pilihan lain selain Injil diberitakan atau orang-orang akan binasa. Ini adalah kesadaran akan mendesaknya “tugas pemberitaan Injil” yang tidak ada di hati kita sehingga kita cenderung menahan diri dari memberitakan Injil.
Kiranya Allah sumber kasih karunia, berbelaskasihan mengampuni dan menolong kita.
-sn-